Sidoarjo kota udang (program APLINET UMM 2015)

Sidoarjo terletak di provinsi jawa timur. Sebagaian besar penduduknya adalah seorang petani dan pengerajin batik. Disana kita dapat menemukan berbagai macam kreasi tradisional seperti batik tulis dan, batik cap. Disana juga terdapat makanan yang berbahan dasar udang seperti kerupuk udang.

Di pusat kota sidoarjo terdapat toko oleh-oleh yang menyajikan jajaran makanan mulai dari kepiting mentah dan produk olahan udang seperti kerupuk.

Bulan nan Sabit

Taukah engkau setiap doaku?

Taukah engkau pengorbananku?

Taukah engkau tangisku?

Taukah engkau waktuku?

Kala malam kejora terang

Bayang nirwana tersedu

Kala hati ini tak seelok dulu

Temani bayang mereka ulang

Kala kau tersenyum

Ku menangis

Kala kau terdiam

Ku tertawa

Rasa yang berawal dari-MU

Haruskah daku ikhlaskan?

Padanya..hanya sebatang sabit

Rasa tak pasti menghantui

Hingga mati nanti..daku ikhlaskan

Dia pilih dia

Daripada daku

Tapi daku memilih-MU tuk bahgia

Tak pantas hamba-MU ini tersedu

Kala dia tak tercipta untukku

Menangis..

Tak apa, asal daku istiqomah selalu

Allah tanggung semua

Rasa setiap insane

Serahkan bulan

Hilangkan sabit

Agar yang suci datang terganti

Dengan insane yang baik lebih

Esai tentang antologi puisi karya Moh. Wan Anwar “Sebelum senja selesai” dalam puisi “Sajak tentang burung”

puisi wan anwar

Puisi adalah karya sastra yang memiliki keindahan kata di dalam setiap kalimatnya. Di dalam puisi terdapat peraturan-peraturannya sendiri, ada yang bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a, semua itu tergantung penulisnya. Kali ini, saya membaca buku antologi puisi dalam menyelesaikan tugas Sastra Indonesia. Antologi ini berjudul “Sebelum senja selesai” karya Moh. Wan Anwar yang berisi 108 halaman. Buku ini adalah cetakan pertama dari penerbit HIKAYAT Publishing. Di dalam buku ini terdapat bermacam-macam puisi dari sang penulis, Salah satunya berjudul “Sajak tentang burung”. Di dalam puisi ini berisi tentang burung-burung yang kurang mendapatkan kebebasan karena sering ditangkap. Kenapa saya memilih puisi ini? Karena menurut saya, puisi ini begitu menarik walaupun ada beberapa kalimat-kalimat yang susah ditafsirkan tapi, walaupun begitu tidak mengurangi rasa kagum saya dengan puisi karya Moh. Wan Anwar ini. Di dalam buku ini kita akan menjumpai banyak sekali judul-judul puisi yang berbeda di setiap halamannya.

Menurut saya, buku ini memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang pertama berada di tingkatan bahasanya, diatas tadi saya telah menjelaskan bahwa ada beberapa kalimat yang menurut saya susah untuk diterjemahkan, yaitu “lagu pengkhianatan” dan “berkicau tentang keadilan”. Yang kedua, pemilihan katanya sulit dipahami, bahkan ada beberapa kalimat yang seharusnya tidak digunakan di dalam puisi itu, contoh : “angkasa kini menjadi tempat berpesta pora”, seharusnya kalimat “berpesta pora” bukan di langit dan bukan digunakan untuk hewan. Kelemahan yang ketiga, dari segi sampulnya kurang menarik perhatian mata. Walaupun buku ini memiliki kekurangan tapi, buku ini tetap memiliki kelebihannya loh..

Kelebihan dari buku ini yang pertama, karena Moh. Wan Anwar adalah sastrawan puisi maka puisi-puisi yang beliau ciptakan sudah membuat saya kagum, banyak sekali puisi-puisi yang berbahasa indah dan memiliki sajak yang bebas. Yang kedua, dari puisi-puisi tersebut semua ide puisinya berbobot artinya semua tema dan isi dari puisi tersebut benar-benar disampaikan dengan keindahan dan dengan maksud agar semua orang tahu apa yang dipikirkan beliau ini.

Saran juga tak luput dalam pengerjaan esai ini untuk buku antologi puisi karya Moh. Wan Anwar ini. Dari kekurangan dan kelebihan diatas, saya mendapatkan saran yang ditujukan untuk buku ini. Yang pertama, sebaiknya sampul buku ini dikemas menarik agar pembaca jadi tertarik atau berniat untuk membaca antologi ini. Yang kedua, sebenarnya dalam setiap kalimat di puisi ini sudah indah dan menarik tetapi alangkah baiknya jika bahasanya tidak terlalu susah untuk dipahami sebab, beberapa orang pasti menganggap bahasa yang sukar untuk diterjemahkan akan membuat mereka malas untuk membaca tapi, tetap saja keindahan puisi tidak akan pernah lepas dari kata-kata yang menurut penulis “indah” untuk dibaca dan dihayati para pembacanya.

Month of language poem!

20141010103440

Sakura

 Bayangan kolam terlihat

Embun menetes lepas melebur kedalamnya

Genangan air dan sebuah danau

Di sana

Suara angin berbisik

Tatkala mentari ikut bernyanyi

Suara-suara biola

Dan desiran

Di sana

Di bawah pohon sakura

Sang gadis merenung

Wajahnya lugu nan polos terlihat

Album merah muda berpita

Tanda kasih sayangnya

Ia simpan banyak kenangan

Wajah-wajah ceria tergambar

Desiran angin mencoba meramaikan hatinya

Beku berawan semi

Kelopak-kelopak sakura beterbangan

Serasa angin membantunya bernyanyi

Sakura…

Lihat dia

Dia bahagia disana

Tapi hatinya tertutup awan mendung

Sakura…

Dapatkah kau lihat?

Ia menangis

Tatkala sang mentari terbenam

Sakura…

Ia ada meramaikan hidupmu

Meramaikan hatimu

Sudihkah kau kembali membuatnya tersenyum?

date : 11 Okt 2014

Kuharap…

Musim gugur berganti

Harapan lama membeku

Tak ada jawabnya

langkah pun serasa angkuh

Berjalan di atas duri

Terbang tanpa kedua sayap

Harapan lalu tlah musnah

Jauh sebelum waktu terbangun

Bunga dan Pagar pun mulai berkarat

Hujan dan petir menyambar helaian daun

Udara pun terasa asing

Harapan itukah mungkin

Pelangi di seberang sana tampak kemilau

Diriku sendiri berkaca

Berkata seakan dunia akan mati

Waktu pun enggan menjawab

Entah sampai kapan

Musim ini berhenti

Awalku melangkah

Terjaga sudah mimpiku

date : 17 Okt 2014

Tembikar mendung

Kencana melaju

Medan tempatnya beradu

Sementara waktu menengadah

Uang tak lagi masalah

Hijau tak sehijau dulu

Putih tak sejernih dulu

Air tak sebening eloknya

Nampaknya keruh beracun

Gedung-gedung tinggi

Mencakar langit

Tembus atmosfer bangsa

Langkah terdengar rintih

Waktu nampak beracun

Enggan berputar

Malas melangkah

Tertatih jadinya dunia ini

Jabatan nan martabatnya

Acuh tak acuh

Kau buang sia-sia

Waktu tlah lalu

Kini masa depannya penuh rintihan

Derita anak-anak bangsa ia acuhkan

Rumah tangganya pun tlah dihancurkan

Nasib yang tahu

Uang tak slalu abadi

Hijaunya mampu menipumu

Nilainya mampu membutakanmu

Untuknya serupa milikmu

date : 17 Okt 2014

Langkah 6

Sekitar tahun lalu

Kami berdiri

Hidup dengan apa adanya

Kami melangkah dengan langkah

Langkah 1

Kami tak pernah mengeluh

Waktu itu…

Waktu penuh duka guncatan senjata

Langkah 2

Kami maju tanpa mereka

Waktu itu…

Kami terluka tertembak tentara sekutu

Langkah 3

Kami melangkah pasti untukmu

Waktu itu…

Waktu penuh tuk kami, penuh tuk mengabdi

Langkah 4

Kami mampu tahan rasa sakit menusuk

Waktu yang tlah buat kami bangkit walau dengan tusukan

Darah kami saksinya

Langkah 5

Kami kuat atas bantuan tuhan

Waktu dengan waktu

Tuhan bagi kami segalanya

Langkah 6

Kami ada walau tak ada

Itu masa yang lalu

Kami sembahkan untukmu

Bakti kami

Langkah kami

Janji kami

Bukti kami

Kami ada kembali

Bukti kami…

Kami sembahkan atas nama tuhan

Kami tulis dengan darah kami

Dunia tak sindir kita kembali

Tak olok seiring waktu

Waktu kami

Langkah 6

date : 17 Okt 2014

Mawar berduri

Tampak tumbuh disana

Kekar tubuhnya

Kuat hatinya

Lembut sentuhannya

Durinya bagaikan pendekar

Langkahnya tergambar pasti

Tapi, lihat disana!

Tubuhnya punah terkapar

Di atas sana

Demi hidupnya, ia perjuangkan

Seandainya ia sadar

Tubuhnya bak mawar berduri

Lukanya tampak ia tutupi

Cadarnya tampak ia rebahkan

Langkahnya mulai goyah

Sentuhannya mulai acuhkan

Lembutnya tak selembut dulu

Kuatnya tak sekuat dulu

Kekarnya tak sekekar dulu

Wanginya tak sewangi dulu

Arwahnya mulai berperang di atas awan

Nasibnya mulai dipertaruhkan

Langkahnya mulai membeku

Waktu tak ia hiraukan

Sampai dirinya berhasil

Demi mawar berduri

Akankah kau abadi diantara semak belukar?

Sungguh kami harapkan

date : 17 Okt 2014

Nah, inilah puisi yang didedikasikan untuk bulan bahasa pada bulan Oktober ini.. Admin menulisnya sendiri looh dengan harapan agar puisi selalu diminati dan diingat apalagi pada bulan bahasa ini.

Selamat bulan bahasa.

Panda’s Poem! (R.F.) ^.^

Musim gugur

20140529_093505

Di perempatan jalan

Ku temui bayangan angin

Pagi itu

Pagi yang hening

Samar-samar nyanyian lagu kerinduan terdengar

Langkah..

Ya setiap langkah membawaku bernostalgia

Berpindah dari negara satu ke negara lain

Waktu pun aku sering menjelajahnya

Kala itu musim gugur

Kutemui angin yang membawaku kembali

Tanpa keraguan

Tanpa sosok yang baru

Ketika cinta tla’h berlalu

Gundukan waktu mulai nampak

Celahnya disinari mentari nan terang

Menghadap bukit beralas rumput teki

Jauh dari singgasana ratu sang surya

Kupandangi sekitar sinarnya

Nampak bayangannya tampil di pelupuk mata

Jam serasa berhenti berdenting

Tangannya berhenti menunjuk

Waktu tla’h lama berlalu

Jam pasir berhenti mengalir

Seolah sang waktu enggan berputar

Enggan jalan sesuai porosnya

Waktu itu..waktu itu..

Kutemui dia di sudut ruangan

Hawa dingin menusuk tiba-tiba

Tatkala hati berhenti mencinta

Gemetar entah tak tahu arah

Wajahnya tergambar lepas

Sekali lagi hatiku bergetar

Berhenti rasanya darahku mengalir

Kukayuh sepeda diantara sinar mentari

Biasnya mencolok pandanganku

Nampak sosoknya kembali menghadapku

Sambil membawa tas tentengnya

Oh..sinar mentari

Biasmu sungguh indah

Cintamu kau beriku rasa

Hadirmu kau hadirkan rasaku untuknya

Pahami aku lebih

Ku inginkan dia dalam dekapannya

Namun, ku hanya bisa diamkan dia mengalir

Biarkan dia pergi bersama mentari

Salamku padanya kutitipkan padamu

Biar mentari yang menjaganya

09 Sept 2014

Kekasih Abadi

Terisak tangis di setiap sujudku

Terpinta sudah apa yang kuingini

Gerak waktu tak bisa hentikan masa lalu

Langkahnya penuh jejak rahasia

Kekasih dunia letih mencari

Enggan menunjukkan jejaknya

Pintanya banyak hal

Ucapannya penuh duri

Waktu itu…

Waktu sudah aku berkawan dengannya

Kawan baik ku dengannya

Ucapnya penuh rayu

Candaan gurih

Senyum simpul

Seolah ramah menangkap pandanganku

Dengarku juga hatinya tlah berbisik

Namun, raguku masih berkumpul

Tak sisakan keyakinan untuknya

Tuhan..penuhi aku panggilanmu

Ajak aku temui malaikat kasihmu

Bisikkan kata romantis dalam doaku

Tenangkan jiwaku tengah tertatih

Tuhan..bisikkan siapa kasihku yang sah?

Halal untukku dan akhiratku kelak

Tuhan..sujudku ini pintaku padamu

Andai diriku mampu menghadapmu

Tenang sudah jiwaku berlindung padaMu

Kasih halal kan nampak jejaknya

Kau tahu aku takkan memilihmu dalam diam

Luar darimu nampak hingga ke jiwamu

Sujudku tlah sadarkan aku

Doaku tlah Ia kabulkan

Kata mutiara dariNya berbisik

‘Aku..hanya Aku satu-satunya kasih halalmu’

3 Sept 2014

Musim Panas

Pagi itu… bersama pelangi

Ia duduk diantara sekumpulan mawar

Mengisahkan putri syurga

Turun ke bumi dengan sayapnya

Ia dapati duri mawar menusuk kakinya

Sakitnya menjalar menusuki pikirannya

Masa yang membawanya teringat kembali

Sebuah lorong waktu menampakkan cahaya putihnya

Ia duduk diantara dua musim

Tersenyum padanya

Ramah penuh harap

Pemuda dan singgasana dirinya

Putri waktu terlihat bergetar

Bibirnya ia gigit

Aura merah menjalari seluruh tubuhnya

Kebahagiaan terpendam terungkap sudah

Langkahnya terhenti seketika

Pikirannya terdiam

Kaku tak bergerak tubuhnya

Tetap bibir tergetar tak senada

Daun-daun kuning berguguran

Jatuh dari kastil awan

Bersepah-sepah letaknya

Rupa nan bentuk rupa-rupa

Melodi terhenti seketika

Nafas berdetak terhenti

Langkah setapak terhenti

Nyanyian melodi jua terhenti

Yah..inikah cinta daripada semua orang

Cinta suci seorang bidadari

Kepak-kepak sayap cintanya

Terjatuh sudah hatinya pada pemuda itu

Sayangnya, ia jua menjauh

Sepatu boot melangkah kebelakang

Dikejar pun tak ia dapati sudah

Hilang sudah bayangan itu, tenggelam bersama arus waktu

Ia tersadar

Waktu lalu adalah perak

Waktu ini adalah emas

Yang akan selalu bersinar

Cinta lalu akan tumbuh

Tumbuh menjadi bagian terpenting kehidupan yang baru

Ombak kehidupan mulai bergempur

Mendatangkan baru atau yang tlah usang.

31 August 2014

Sebuah payung

Disudut kota seoul

Nampak rintik hujan berjatuhan

Gadis menanti hujan terhenti

Kanan kiri Ia pandang

Jarum jam mungilnya terus berputar

Terus berputar kemana yang Ia hendaki

Menunggu nan terus menunggu

Bila waktu hujan terhenti

Lama sudah menunggu

Namun, abu-abu langit enggan berubah cerah

Nampaknya lama Ia sudah disana

Penat nan bosan tlah datangi dia

Langkah kakinya bergetar melangkah

Ia nampakkan kakinya maju

Hujan berhenti seketika

Oh..payung penyelamat itu

Memandangi wajah tak asing

Terasa bergetar hatinya

Tatapan mata penuh harap

‘ajak aku kemana engkau mau’

Bayangan hujan tlah datang

Sosok payung melindunginya

Langkahnya tak berhenti jua

Terus melangkah harap terus membawanya pergi

Seakan sakura berguguran

Disudut perempatan zebra cross

Ia berbisik ‘melindungimu adalah mampuku’

Sudah tamat hatinya bergetar

Jumpa rumah serasa penuh cinta

Erat rangkulannya terngiang

Kamar penuh bayang-bayang sosoknya

Oh..payung jemput aku kembali

3 Sept 2014

Pengakuanku

Malam ini terlihat benderang

Elok rupamu hiasi sang malam

Bulan tersenyum

Bintang menari indah

Segalanya indah

Kuasa-Mu ada dimanapun

Segala yang berat kau jadikan ringan

Segala yang ringan kau jua jadikan lebih ringan

Kuakui, hamba lemah

Hamba penuh dosa nan maksiat

Penuh jahitan luka batin

Penuh tangisan terpendam di hati

Tuhan, beri hambamu ini daya dan harapan

Tuhan, beri hambamu ini sabar yang terlatih

Tuhan, beri hambamu ini kebahagiaan yang sentosa

Tuhan, hamba hanya menjadi hambamu yang selalu lemah tanpa Engkau

Malam ini nampak indah

Kala sang kejora dan penerang surga benderang

Tersenyum dan nampak bahagia

Syukur Engkau tlah beri aku hidup penuh warna

Segala yang ada disini

Apapun hikmah itu…

Pelajaran kehidupan yang selalu ramah berkesan

Telah sampai pada ujungnya

Manisnya  waktu

Dikenang segala peristiwa

Hari-hari terasa ringan

Bebas tanpa paksaan dan luka

Tuhan, pengakuanku banyak yang sudah terjadi

Disini bersama kawan, keluarga dan semua kerabat

Orang terkasih mungkin menunggu disana

Tapi, kasih-Mu selalu ada tanpa musti menunggu lama

31 August 2014

THE LITTLE BLACK BOY

Puisi bahasa inggris dibawah ini dibuat oleh pengarang terkenal  William Blake, menceritakan tentang anak laki-laki

My mother bore me in the southern wild,
And I am black, but O my soul is white!
White as an angel is the English child,
But I am black, as if bereaved of light.

My mother taught me underneath a tree,
And, sitting down before the heat of day,
She took me on her lap and kissed me,
And, pointing to the East, began to say:

‘Look on the rising sun: there God does live,
And gives His light, and gives His heat away,
And flowers and trees and beasts and men receive
Comfort in morning, joy in the noonday.

‘And we are put on earth a little space,
That we may learn to bear the beams of love;
And these black bodies and this sunburnt face
Are but a cloud, and like a shady grove.

‘For, when our souls have learned the heat to bear,
The cloud will vanish, we shall hear His voice,
Saying, “Come out from the grove, my love and care,
And round my golden tent like lambs rejoice.”‘

Thus did my mother say, and kissed me,
And thus I say to little English boy.
When I from black, and he from white cloud free,
And round the tent of God like lambs we joy,

I’ll shade him from the heat till he can bear
To lean in joy upon our Father’s knee;
And then I’ll stand and stroke his silver hair,
And be like him, and he will then love me.

 Terjemahannya dari puisi THE LITTLE BLACK BOY :

Ibu saya melahirkan saya di alam liar selatan,
Dan saya hitam, tapi hai jiwaku adalah putih!
Putih sebagai malaikat adalah anak Inggris,
Tapi saya berkulit hitam, seolah berduka cahaya.

Ibu saya mengajarkan saya di bawah pohon,
Dan, duduk sebelum hari panas,
Dia membawa saya di pangkuannya dan menciumku,
Dan, menunjuk ke Timur, mulai berkata:

‘Lihat pada matahari terbit: ada Tuhan melakukan hidup,
Dan memberikan cahaya-Nya, dan memberikan panas Nya pergi,
Dan bunga-bunga dan pohon-pohon dan binatang dan laki-laki menerima
Kenyamanan di pagi hari, sukacita di siang hari itu.

‘Dan kami diletakkan di bumi sedikit ruang,
Bahwa kita dapat belajar untuk menanggung sinar cinta;
Dan hitam tubuh dan wajah ini terjemur
Hanyalah awan, dan seperti sebuah kebun yang teduh.

“Sebab, ketika jiwa kita telah belajar panas untuk menanggung,
Awan akan lenyap, kami akan mendengar suara-Nya,
Berkata, “Keluarlah dari kebun, cintaku dan perawatan,
Dan melengkapi tenda emas saya seperti anak domba bersukacita. “‘

Demikianlah ibu saya katakan, dan menciumku,
Dan dengan demikian saya katakan kepada anak laki-laki Inggris sedikit.
Ketika aku dari hitam, dan dia dari putih awan gratis,
Dan melengkapi Kemah Allah seperti anak domba kita sukacita,

Aku akan menaungi dia dari panas sampai ia dapat menanggung
Untuk bersandar dalam sukacita atas lutut Bapa kita;
Lalu aku akan berdiri dan stroke rambut peraknya,
Dan menjadi seperti dia, dan dia akan mencintaiku.

dikutip dari http://puisi.blogbintang.com/kumpulan-puisi-dalam-bahasa-inggris

Aku mencintaimu!

Musim telah berjalan dengan cepat

Waktu telah meninggalkan masa lalu

Jam pasir tenggelam dalam ingatan masa

Peristiwa dibawah pohon sakura

 

Ditemani kelopak bunga sakura berjatuhan

Ia berdiri dihadapanku

Terbayang wajahnya yang karismatik

Wajahnya yang bercahaya

 

Malaikat mungkin menyaksikan

Ada benih cinta yang mulai tumbuh

Tapi, hilang

Hilang entah kemana

 

Jejaknya tak sampai aku temukan kembali

Hilang ditelan waktu

Masa membenciku

Diary biru muda tergeletak diatasnya

 

Tergambar foto berwarna

Tersenyum dan bercahaya

Tertawa dalam kehangatan

Hitam hilang bersama warna pelangi

 

Sakura bernyanyi

Rerumputan bergoyang

Hati senang telah mengenalnya

Bak mentari terbit dari timur

 

Namun, masa…

Apakah ia telah hilang?

Daku merindukannya

Senyumnya hanya ada dalam hatiku.

 

 

Kupu-kupu waktu (Ver. Ballad Poem)

Setiap rangkaian kata

Kutatap sebuah cermin

Wajahku tampak muram

Sesekali menangis

 

Kupu-kupu membawa waktu

Terbang kesana kemari

Masa depan ada padanya

Masa lalu pergi dengannya

 

Kutatap wajahku

Kuamati waktu telah mati

Tak ada yang datang

Memberiku sinar harapan

 

Kupu-kupu waktu

Tolong bawa aku bersamamu

Terbang melintasi waktu

Agar aku tak sendiri

 

Menantikan sesuatu yang tak pasti

Biarkan aku bersamamu

Tolong bawa aku

Ke tempat dimana aku dapat bahagia

 

Jika memang tanpanya.

Kesepian (Ver. Ballad Poem)

Angin berhembus

Menyayupkan suasana

Dingin dan

Bibirku bergetar

 

Ku melangkah di tengah-tengah taman

Daun-daun mulai berguguran

Tak ada satupun burung bernyanyi

Waktu tlah berakhir

 

Kupejamkan kedua mataku

Terlintas kenangan indah denganmu

Melodi itu terasa cepat

Namun, berakhir lambat

 

Dingin..

Tanpa satupun peluk darimu

Panas..

Api kemarahan yang kau jalarkan

 

Berakhirkah?

Beri aku waktu

Katakan…

Katakan semua ini belum berakhir

 

Agar aku dapat berjumpa denganmu lagi.

Jalanku, bukan jalanmu

Langit nan luas

Megah berjaya tanpa batas

Kutelusuri jalan berliku

Bersabar dan tetap bertahan menantimu

 

Ini jalanku..

Jalan yang penuh dengan duri

Jalan yang selalu berbatu

Namun, selalu sejuk

 

Ini jalanku..

Jalan yang tidak pernah lurus

Jalan yang gelap

Namun, jalan yang terang benderang

 

Jalan kita berbeda..

Jalan kita tak serupa..

Tak sama

Namun, sejalan dengan waktu

 

Ku selalu menanti

Berdoa dan

Bersabar

Jalan kita pasti bersatu suatu hari nanti 

Takdir

Setiap bait doa yang ku panjatkan

Setiap harapan yang aku harapkan

Setiap air mata yang selalu berlinang  di kedua pipiku

Setiap ayat yang selalu aku bacakan dari kitabMU

 

Tuhan…kebesaranMU-lah yang membuatku tetap bertahan

Semakin banyak cobaan yang telah kau berikan pada hambamu ini

Semakin banyak godaan yang selalu menghampiriku

Semakin banyak pula kekuatan yang selalu engkau berikan

 

Tuhan…aku menunggu

Aku sudah lelah

Aku sudah bosan

Aku sudah hampir mati

 

Angin itu seakan memberi petunjuk

Berhembus dengan merdu

Bernada teratur

Takdirkah itu Tuhan?

 

Tuhan..takdirMU sungguh agung

TanganMU sungguh mulia

Cahya-MU sungguh indah

Engkaulah sang Maha sempurna

Bunga Sakura

Sesosok wanita berdiri tegar

Membawa setangkai bunga merah muda

Ia indah

Berjalan di setapak pasir pantai

Mengarungi gugusan daratan penuh liku

 

                        Ia hadir

                        Ia mampu memberi lukisan kehidupan

                        Ia mampu memberi dunia senyuman

                        Ia tentramkan seluruh jiwa di muka bumi ini

 

Kala waktu yang membuat semua ini musnah

Hilang tanpa jejak

Ternoda tanpa bekas

Tersakiti tanpa tangis

           

                        Bunga sakura…

                        Bunga sakura…

                        Bunga sakura…

                        Bunga sakura…

 

Gelombang cinta penuh makna

Terkecam pahit dilidahnya

Melangkahkan kaki sangat berat rasanya

Baginya..

 

                        Perjumpaan nanti

                        Kelak akan datang dengan yang baru

                        Biji bunga sakura yang tumbuh

                        Bunga-bunga sakura mekar

 

Berjalan diatas ranting pohon sakura

Teramat susah dijalani

Baginya

Dan kehidupan mendatang

Ingatanku

Kupejamkan kedua mataku

Kurasakan desiran angin mulai meniupku

Kubayangkan nuansa nostalgia

Nostalgia antara kamu dan dia

 

                            Sederet lampu malam dipinggir jalan

                            Redup satu persatu

                            Seketika diri ini usai melangkah maju

                            Sepi dan rindu

 

Sedih, entah bagaimana aku mengungkapkan rasa ini

Porak poranda bak diterjang badai di tengah laut

Sendiri, pernah kurasakan

Seingatku ya seingatku

 

                              Marah, marah apa yang harus aku keluarkan?

                              Cemburu?

                              Ya cemburu yang kurasakan…

                              Tangis, ya tangisan kesedihan karenamu

 

Ingatanku dulu…

Pernah datang lagi sekarang